Senin, 12 Desember 2016

makalah kalimat efektif



KALIMAT EFEKTIF
Makalah
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah  : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Nasiha Khumda, M. Pd.

Disusun Oleh :
Alif Maulana                         (1501036105)
Dwi Aprillia Hapsari             (1501046011)
Raveno Hikmah I. N. R        (1501046017)
Nurul Eka Wahyu H.            (1501046028)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
 Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakaian bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakaian secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendewngar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainnya secara tepat, unsur-unsur kalimat seharunya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuainnya dengan  kaidah.

B.     Rumusan Masalah
1.             Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
2.             Apa saja kriteria kalimat efektif ?
3.             Apa ciri-ciri kalimat efektif ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian kalimat efektif
Penulisan karya ilmiah sering dihadapkan dengan masalah penulisan kalimat efektif. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi agar mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hal ini penulis hendaknya memiliki latar belakang pengetahuan mengenai kalimat efektif. Sehingga karya ilmiah yang ditulis bisa dipahami oleh pembaca. Penulis hendaknya memperhatikan kalimat yang disusun dikarenakan kalimat sangat penting dalam sebuah ulisan. Kalimat yang baik adalah mudah dipahami oleh pembaca.
Kalimat lengkap hendaknya memiliki kelengkapan struktur. Strukur kalimat bahasa Indonesia yaitu S P O /K/Pel. Ide atau gagasan yang disampaikan dalam kalimat hendaknya lengkap dan tidak terpotong-potong. Apabila struktur tersebut tidak terpenuhi, maka kalimat yang disusun menjadi tidak lengkap strukturnya dinamakan kalimat fregmentasi.
Kalimat yang efektif memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Disamping itu kalimat yang efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Kalimat efektif sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.[1]

B.     Kriteria Kalimat Efektif
Kriteria kalimat efektif (Soedjito dalam Rosyid, 2004:65) adalah kalimat yang kaidah  gramatikal dan menggunakan pilihan kata (diksi) yang tepat. Kaidah gramatikal adalah kalimat yang menerima proses imbuhan, reduplikasi, dan komposisi. Sedangkan diksi meliputi: pemakaian kata tutur, pemakaian kata bersinonim, pemakaian kata bernilai rasa, pemakaian istilah asing, pemakaian kata konkrit dan abstrak, pemakaian kata umum dan khusus, pemakaian idiom, dan pemakaian kata lugas. Adapun uraiannya sebagai berikut:
Kaidah gramatikal meliputi (1) terjadinya proses pengimbuhan (afiksasi) berupa awalan (prefiks), sisipan (iinfiks), akhiran (sufiks), dan gabungan (konfiks). (2) Menerima bentuk pengulangan (reduplikasi), dan (3) menerima bentuk kata gabung atau kata majemuk (komposisi).
Adapun penjelasan dari hal tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1)      Afiksasi Prefiks adalah awalan yang melekat pada sebuah morfem dasar untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran. Misalnya: (me-, ber-, per-, di-, ter-, ke-, se-, pe-).
Contoh:          luncur-meluncur
                        juang-berjuang
                        rusak-dirusak
                        siksa-tersiksa
                        tani-petani, dan lain sebagainya
2)      Afiksasi Infiks (sisipan) awalan yang harus melekat ditengah morfem dasar, misalnya: -ah, -el, -em, er.
Contoh:          -ah + dulu = dahulu
                        -ah + baru = baharu
                        -em + tali = temali
                        -er + gigi = gerigi
                        -el + tapak = telapak
3)      Afiksasi Sufiks (akhiran) awalan yang melekat di akhir morfem dasar. Misalnya: -kan, -i, -an, -nya.
Contoh:          jadi + -kan = jadikan
                        tembak + -i = tembaki
                        makan + -an = makanan
                        buku + -nya = bukunya
4)      Afiksasi Konfiks (campuran / gabungan) adalah awalan yang melekat pada awal dan akhir morfem dasar. Misalnya: ber-kan, ber-an, per-kan, per-i, me-kan, me-i, memper-, memper-kan, memper-i, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya, pe-an, per-an.
Contoh:          bersenjatakan
                        melengkapi
                        disiarkan
                        kedatangan
                        sebenarnya, dan lain sebagainya.
Menurut Keraf, 1980:36 yang dimaksud kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.      Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.[2]

C.    Ciri-ciri Kalimat Efektif
1.             Kesepadanan struktur                 
2.             Keparalelan bentuk
3.             Ketegasan makna
4.             Kehematan kata
5.             Kecermatan penalaran
6.             Kepaduan gagasan
7.             Kelogisan bahasa

Berikut penjelasannya :
1)    Kesepadanan / Kesatuan Gagasan
Yang dimaksud dengan kesepadanan adalah kesepadanan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan yang baik. Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan gagasan, yaitu mengandung satu ide pokok.
Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada satu kesatuan gagasan lain yang tidak mempunyai hubungan satu sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran didalam kalimat itu.
Kesatuan gagasan jangan diartikan bahwa hanya terdapat suatu ide tunggal. Bisa terjadi bahwa kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan pokok atau lebih.
Secara praktis, sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh Subjek, predikat ± objek. Kesatuan yang diwakili oleh subjek, predikat ± objek dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gagasan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Ciri-ciri kesepadanan kalimat ( Zaenal, 2009:97 ) yaitu :
a.       Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat membuat kalimat itu menjadi tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan: di, dalam, bagi, untuk, sebagai, tentang, mengenai, menurut dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
1.      Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
2.      Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b.      Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
1.      Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (Salah)
2.      Soal itu saya kurang jelas. (Salah)
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut :
1.      Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
2.      Soal itu bagi saya kurang jelas.
c.       Kata penghubung antar kalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
1.      Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Salah)
2.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dua membeli sepeda motor Suzuki. (Salah)
Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk. Kedua, gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antar kalimat, sebagai berikut :
1.    Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. ( Benar )
Atau
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. ( Benar )
2.    Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. ( Benar )
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda Motor Suzuki. ( Benar )
d.      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh :
1.    Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu. ( Salah )
Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. ( Benar )
2.    Sekolah kami yang terletak di depan Bioskop Gunting. ( Salah )
Sekolah kami terletak di depan Bioskop Gunting. ( Benar )[3]

2)    Keparalelan / Paralelisme
Paralelisme lebih menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur / konstruksi gramatikal yang sama. Bila salah satu dari gagasan itu ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata-kata atau kelompok-kelompok kata lain yang menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata benda. Bila yang satunya ditempatkan dalam kata kerja, maka yang lainnya juga sederajat dalam struktur kata kerja. Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
Yang dimaksud keparalelan / paralelisme adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Jika bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga harus menggunakan verba.
Contoh:
1.         Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. ( Salah )
2.         Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. ( Salah )
Kalimat (1) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Kalimat (2) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecetan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan benar jika diubah menjadi predikat yang nomina, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. ( Benar )
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. ( Benar )[4]
3)    Ketegasan / Penekanan
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat ( gagasan utama ) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan kalimat tetap didukung oleh subjek dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Dalam bahasa lisan kita dapat mempergunakan tekanan, gerak-gerik dan sebagainya untuk memberi tekanan pada sebuah kata. Dalam bahasa tulisan hal ini tidak mungkin dilakukan. Namun masih terdapat beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memberikan penekanan itu, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan.
Yang dimaksud ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang ditonjolkan. Kalimat itu memberikan penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Cara membentuk penekanan dalam bentuk kalimat :
a)    Meletakkan kalimat yang ditonjolkan itu di depan. (di awal kalimat)
Contoh :
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya adalah : Presiden mengharapkan.
Contoh :
Harapan Presiden adalah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya adalah Harapan Presiden.
b)   Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh :
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan pada anak-anak terlantar.
Seharusnya :
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan pada anak-anak terlantar.
c)    Melakukan pengulangan kata ( repetisi )
Contoh :
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
d)   Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh :
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e)    Menggunakan partikel penekanan ( penegasan )
Contoh :
Saudaralah yang harus bertanggungjawab.[5]
4)      Kehematan
Yang dimaksud kehematan kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan :
a)    Menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh :
1)              Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2)              Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengethui bahwa Presiden datang.
Perbaikan kalimat di atas yaitu :
1)              Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2)             Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden    datang.
b)   Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
-                  Kata merah sudah mencakup kata warna.
-                  Kata pipit sudah mencakup kata burung.
Perhatikan :
-                  Ia memakai baju warna merah.
-                  Di mana engkau menangkap burung pipit itu ?
Kalimat itu dapat diubah menjadi :
-                  Ia memakai baju merah.
-                  Di mana engkau menangkap pipit itu ?
c)    Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
-                  Kata naik bersinonim dengan ke atas.
-                  Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
-                  Kata hanya bersinonim dengan kata saja.
-                  Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Contoh :
1)              Dia hanya membawa badannya saja. ( Salah )
Dia hanya membawa badannya. ( Benar )
2)              Sejak dari pagi dia termenung. ( Salah )
Sejak pagi dia termenung. ( Benar )
d)   Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya :
-                  Para tamu-tamu ( Salah )
Para tamu ( Benar )
-                  Beberapa orang-orang ( Salah )
Beberapa orang ( Benar )
-                  Para hadirin ( Salah )
Hadirin ( Benar )[6]
5)    Kecermatan
Cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera pendengar atau pembaca. Perhatikan kalimat berikut :
1.           Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
Kalimat tersebut memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.
2.         Dia menerima uang saku sebanyak seratus dua puluh lima ribu rupiah
Kalimat di atas memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uangnya, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut ini :
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya, karena ada dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi :
Yang diceritakan adalah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.[7]
6)    Koherensi / Kepaduan yang Baik dan Kompak
   Yang di maksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata )yang membentuk kalimat itu.bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.
   Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan-gagasan tersebut. Ada bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh di pisahkan, ada yang lebihg renggangkedudukannya sehingga boleh di tempatkan dimana saja, asal jangan di sisipkan antara kata-kata atau kelompok kata yang erat hubungannya.
   Kesalahan yang seringkali merusakan koherensi adalah menempatkan kata depan, kata penghubung, atauketerangan aspek yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya.
   Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan adanya segi isi, sedangkan dalam koherensi lebih ditekankan segi struktur, atau interelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat, oleh sebab itu, sebuah kalimat dapat mengandung sebuah kesatuan pikiran, namun koherensinya tidak baik.
Perhatikan beberapa pernyataan berikut ini:
(1)                     Kalimat yang padu adalah tidak bertele-tele danmencerminkan cara berpikiryang simetris.
oleh karena itu, kita hindari kal;imat yang panjang dan bertele-tele. Misalnya:
kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manuasia indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.

Kalimat diatas yang benar dan efektif adalah:
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
(2)                     Ada dua macam kalimat pasif, yaitu kalimat pasif biasa dan kalimat pasif persona. Kalimat pasif biasa terjadi apabila kalimat yang berpola S P O dialihkan dengan memosisikan objek menjadi subjek dan predikat yang berawalan meng- menjadi predikat berawalan di-. Kemudian, kalimatpasif persona terjadi apabila awalan di-, pada predikat apsif di gantikandengan kata ganti pelaku. perhatikan contoh di bawah ini:
Saya mencari udang (SPO aktif )
Itu dicari oleh saya udang (pasif biasa)
Udang iu saya cari (pasif persona)
Surat itu sadah saya baca (pasif persopna)
Saran beliau sangat saya harapkan (pasif persona)

Jika dalam kalimat aktif itu terdapat aspek atau modalitas, aspek atau modalitas itu harus selalu berada di depan predikat. Kalimat berikut menjelaskan hgal iyu.
   Meraka telah mendatangi  DPR (aktif)
   DPR telah didatangi oleh mereka (pasif biasa)
   DPR telah mereka datangi (pasif persona)

Kalimat yang padu mempergunakan  pola aspek +agen+verbal secara tertib dalam kalimat yang berpredikat pasif persona.
Kalimat yang padu tidak perliu menyisipkan sebuah kata seperti: dari pada atau tentang antara predikat, kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini:
   Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat. ( Salah )
   Makalah ini akan tentang desain interior pada rumah membahas rumah adat. ( Salah )
Seharusnya:
   Mereka membicarakan kehendak rakyat. ( Salah )
   Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat. ( Benar )[8]
7)    Penalaran atau Logika
   Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi, tetapi sekedar merupakan sesuatu  alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Disamping itu dalam kehidupan sehari-hari mengalami kenyataan-kenyataan yang menunjukan bahwa ada anggota masyarakat yang dapat mengungkapkan pendapat  dan isi pemikirannya, tanpa mempelajari secar khusus struktur gramatikal suatu bahasa., berarati ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa, unsur lain ini adalah segi penalaran atau logika,. Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya  pikiran dapat di pahami.
   Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses yang berpikir berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menujukepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti kalimat-kalimat yang di ucapkan harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat atau penalaran, tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan perwujudan perpikir logis.
   Perhatikan kalimat berikut, tiap bagian kalimat (klausa) dapat dimengerti, namun penyatuannya menimbulkan hal yang tidak bisa atau sulit dimengerti.
Ø  Orang itu mengerjakan sawah ladangnya dengan sekuat tenaga karena mahasiswa-mahasiswa indonesia harus menggarap suatu karya ilmiyah sebelum dinyatakan lulus dari suatu perguruan tinggi.
Ø  Dia mengatakan pada saya bahwa ia telah lulus, tetapi anjing itu tidak mau mengikuti perintah pemburu itu.

Hubungan bahasa dan logika, bisa menjamin agar kalimat,-kalimat tidak bertentangan denga segi penalaran pada umumnya. Kalimat yang baik, efektif dan teratur mencerminkan pula berpikir seseorang. Ia harus menyusun ide atau gagasan secara teratur, membedakan mana yang merupakan gagasan-gagasan pokok dan mana yang merupakan gagasan-gagasan tambahan, abru kemudian dengan alat bahasa yang dikuasainya, ia akan menampilkan isi pikirannya dengan teratur.

   Sering seseorang beranggapan bahwa sebuah karangan akan di nilai sebagai karangan terbaik bila disususn dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit. Ini adalah anggapan yang keliru, kalimat-kalimat yang pendek kalau dipergunakan secara repat akan lebih mengandung tenaga daripada kalimat yang panjang. Tetapi juga tidak benar bila seluruh kalangan hanya di jaring oleh kalimat-kalimat yang pendek. Ini membosankan, kita harus bergerak antara kedua ekstrim tadi bilaperlu kita harus mempergunakan kalimat yang pendek. Tetapi tidak dapat dihindari maka kalimat yang panjang harus dipakai dengan tetap memperhatikan alur, agar gagasab utama tetap terpancang, serta hubungan antara bagian-bagian kalimat itu tersusun dengan baik,. Variasi kalimat yang panjang dan pendek akan menghilangkan menonton dari sebyuah karangan.

   Pemakain kata sambung dan kata depan yang tepat sebagai jaminan bagi koherensi dalam sebuah kalimat. Dan justu inilah yangsering merupakan kelemahan-kelemahan yang tedapat pada kertas kerja mahasiswa atau pelajar. Pola kesalahan seperti kalimat berikut sering di jumpai, misalnya pada kalimat: pada karangan ini menguraikan bagaimana dasar bahasa indonesia, atau bagi  mereka yang diterima agar menggambil formulit di sekretariat.  Kalimat-kalimatini dengan mudah dapat dikoreksi apabila atau pengarang memberikan perhatiannya secara tepat tentang pemakaian kata sambung atau kata depannya. Mengapa ia tiadak menulis saja: dalam karangan ini akan diuraikan dasar-dasar bahasa indonesia. Diberitahukan kepada mereka yang diterima agar mengambil formulir disekretariat.
   Penekanan yang digunakan harus bervariasi. Variasi kalimat penting sekali, dan sekaligus memperlihatkan kemampuan pemakaian bahasa. Gagasan utama kesatuan gagasan harus jelas posisinya dalam setiap kalimat, dan perpaduan jalinan bagian-bagian kalimat harus mematuhi kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku. Sebagai landasan segala-galanya bahwa semua kalimat harus bisa diterima oleh pikiran yang sehat.

BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah. Jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi :subjek (s), prediket (p), objek (o), dan keterangan (k). Ciri-ciri kalimat efektif :kesepadaan, kaparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan dan kelogisan.




















DAFTAR PUSTAKA

Khumda, Nasikha., 2015. Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku. Semarang: Pusat Pengembangan Bahasa UIN Walisongo Semarang.


[1] Nasiha Khumda dkk, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: PPB UIN Walisongo), 2015, hlm. 117.
[2] Ibid, hlm. 119
[3] Ibid, hlm. 121
[4] Ibid, hlm. 123
[5] Ibid, hlm. 124
[6] Ibid, hlm. 126
[7] Ibid, hlm. 127
[8] Ibid, hlm. 129

Tidak ada komentar:

Posting Komentar