KALIMAT
EFEKTIF
Makalah
Disusun
Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen
Pengampu : Nasiha Khumda, M. Pd.
Disusun
Oleh :
Alif
Maulana (1501036105)
Dwi
Aprillia Hapsari (1501046011)
Raveno
Hikmah I. N. R (1501046017)
Nurul
Eka Wahyu H. (1501046028)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi
yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakaian bahasa itu.
Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau ada pada diri si pembicara atau
penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara
jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima
oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik
disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakaian secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara
tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendewngar atau pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Ada sebagian lawan bicara atau pembaca
tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat
yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainnya secara tepat, unsur-unsur
kalimat seharunya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur
yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuainnya dengan kaidah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
2.
Apa
saja kriteria kalimat efektif ?
3.
Apa
ciri-ciri kalimat efektif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian kalimat efektif
Penulisan karya ilmiah sering
dihadapkan dengan masalah penulisan kalimat efektif. Kalimat efektif dipahami
sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi agar mudah dipahami oleh
pembaca. Dalam hal ini penulis hendaknya memiliki latar belakang pengetahuan
mengenai kalimat efektif. Sehingga karya ilmiah yang ditulis bisa dipahami oleh
pembaca. Penulis hendaknya memperhatikan kalimat yang disusun dikarenakan
kalimat sangat penting dalam sebuah ulisan. Kalimat yang baik adalah mudah
dipahami oleh pembaca.
Kalimat lengkap hendaknya memiliki
kelengkapan struktur. Strukur kalimat bahasa Indonesia yaitu S P O /K/Pel. Ide
atau gagasan yang disampaikan dalam kalimat hendaknya lengkap dan tidak
terpotong-potong. Apabila struktur tersebut tidak terpenuhi, maka kalimat yang
disusun menjadi tidak lengkap strukturnya dinamakan kalimat fregmentasi.
Kalimat yang efektif memiliki
kemampuan menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Disamping
itu kalimat yang efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat
tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Kalimat efektif
sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat
terjamin.[1]
B.
Kriteria Kalimat Efektif
Kriteria
kalimat efektif (Soedjito dalam Rosyid, 2004:65) adalah kalimat yang
kaidah gramatikal dan menggunakan
pilihan kata (diksi) yang tepat. Kaidah gramatikal adalah kalimat yang menerima
proses imbuhan, reduplikasi, dan komposisi. Sedangkan diksi meliputi: pemakaian
kata tutur, pemakaian kata bersinonim, pemakaian kata bernilai rasa, pemakaian
istilah asing, pemakaian kata konkrit dan abstrak, pemakaian kata umum dan
khusus, pemakaian idiom, dan pemakaian kata lugas. Adapun uraiannya sebagai
berikut:
Kaidah
gramatikal meliputi (1) terjadinya proses pengimbuhan (afiksasi) berupa awalan
(prefiks), sisipan (iinfiks), akhiran (sufiks), dan gabungan (konfiks). (2)
Menerima bentuk pengulangan (reduplikasi), dan (3) menerima bentuk kata gabung
atau kata majemuk (komposisi).
Adapun penjelasan dari hal tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1)
Afiksasi
Prefiks adalah awalan yang melekat pada
sebuah morfem dasar untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran. Misalnya:
(me-, ber-, per-, di-, ter-, ke-, se-, pe-).
Contoh: luncur-meluncur
juang-berjuang
rusak-dirusak
siksa-tersiksa
tani-petani,
dan lain sebagainya
2)
Afiksasi
Infiks (sisipan) awalan yang harus melekat
ditengah morfem dasar, misalnya: -ah, -el, -em, er.
Contoh: -ah + dulu = dahulu
-ah + baru = baharu
-em +
tali = temali
-er +
gigi = gerigi
-el +
tapak = telapak
3)
Afiksasi
Sufiks (akhiran) awalan yang melekat di
akhir morfem dasar. Misalnya: -kan, -i, -an, -nya.
Contoh: jadi + -kan = jadikan
tembak + -i = tembaki
makan
+ -an = makanan
buku +
-nya = bukunya
4)
Afiksasi
Konfiks (campuran / gabungan) adalah awalan
yang melekat pada awal dan akhir morfem dasar. Misalnya: ber-kan, ber-an,
per-kan, per-i, me-kan, me-i, memper-, memper-kan, memper-i, di-kan, di-i,
diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya, pe-an, per-an.
Contoh: bersenjatakan
melengkapi
disiarkan
kedatangan
sebenarnya,
dan lain sebagainya.
Menurut Keraf, 1980:36 yang dimaksud
kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1.
Secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.
Sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.[2]
C.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
1.
Kesepadanan
struktur
2.
Keparalelan
bentuk
3.
Ketegasan
makna
4.
Kehematan
kata
5.
Kecermatan
penalaran
6.
Kepaduan
gagasan
7.
Kelogisan
bahasa
Berikut
penjelasannya :
1)
Kesepadanan / Kesatuan Gagasan
Yang dimaksud dengan kesepadanan
adalah kesepadanan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan yang baik. Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan
gagasan, yaitu mengandung satu ide pokok.
Dalam laju kalimat tidak boleh
diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada satu kesatuan gagasan lain
yang tidak mempunyai hubungan satu sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak
mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran didalam kalimat
itu.
Kesatuan gagasan jangan diartikan
bahwa hanya terdapat suatu ide tunggal. Bisa terjadi bahwa kesatuan gagasan itu
terbentuk dari dua gagasan pokok atau lebih.
Secara praktis, sebuah kesatuan gagasan
diwakili oleh Subjek, predikat ± objek. Kesatuan yang diwakili oleh subjek,
predikat ± objek dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gagasan,
kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Ciri-ciri kesepadanan kalimat ( Zaenal, 2009:97 ) yaitu :
a.
Kalimat
itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau
predikat suatu kalimat membuat kalimat itu menjadi tidak efektif. Kejelasan subjek
dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan: di, dalam, bagi, untuk, sebagai, tentang, mengenai, menurut dan sebagainya
di depan subjek.
Contoh:
1.
Bagi
semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
2.
Semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b.
Tidak
terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
1.
Penyusunan
laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (Salah)
2.
Soal
itu saya kurang jelas. (Salah)
Kalimat-kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut :
1.
Dalam
menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
2.
Soal
itu bagi saya kurang jelas.
c.
Kata
penghubung antar kalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
1.
Kami
datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Salah)
2.
Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dua membeli sepeda motor Suzuki. (Salah)
Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk. Kedua, gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antar kalimat, sebagai berikut :
1.
Kami
datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (
Benar )
Atau
Kami
datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
( Benar )
2.
Kakaknya
membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. ( Benar
)
Atau
Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda Motor Suzuki. (
Benar )
d.
Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh
:
1.
Bahasa
Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu. ( Salah )
Bahasa
Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. ( Benar )
2.
Sekolah
kami yang terletak di depan Bioskop Gunting. ( Salah )
Sekolah
kami terletak di depan Bioskop Gunting. ( Benar )[3]
2)
Keparalelan / Paralelisme
Paralelisme lebih menempatkan gagasan-gagasan
yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur / konstruksi gramatikal
yang sama. Bila salah satu dari gagasan itu ditempatkan dalam struktur kata
benda, maka kata-kata atau kelompok-kelompok kata lain yang menduduki fungsi
yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata benda. Bila yang satunya ditempatkan
dalam kata kerja, maka yang lainnya juga sederajat dalam struktur kata kerja.
Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal
dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
Yang dimaksud keparalelan
/ paralelisme adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga
harus menggunakan nomina. Jika bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
harus menggunakan verba.
Contoh:
1.
Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. ( Salah )
2.
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang. ( Salah )
Kalimat (1)
tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk yang mewakili predikat terjadi dari
bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat
diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Kalimat (2)
tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecetan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
benar jika diubah menjadi predikat yang nomina, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian
gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, pemasangan penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. ( Benar
)
Harga minyak dibekukan
atau dinaikkan secara luwes. ( Benar )[4]
3)
Ketegasan / Penekanan
Inti pikiran yang terkandung dalam
tiap kalimat ( gagasan utama ) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang
dipentingkan. Gagasan kalimat tetap didukung oleh subjek dan predikat,
sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata yang
lain. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih
ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Dalam bahasa lisan kita dapat
mempergunakan tekanan, gerak-gerik dan sebagainya untuk memberi tekanan pada
sebuah kata. Dalam bahasa tulisan hal ini tidak mungkin dilakukan. Namun masih
terdapat beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memberikan penekanan itu,
baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan.
Yang dimaksud ketegasan atau
penekanan adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam
sebuah kalimat ada ide yang ditonjolkan. Kalimat itu memberikan penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu.
Cara membentuk penekanan dalam bentuk kalimat :
a)
Meletakkan
kalimat yang ditonjolkan itu di depan. (di awal kalimat)
Contoh :
Presiden mengharapkan agar rakyat
membangun bangsa dan negara dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya adalah : Presiden
mengharapkan.
Contoh :
Harapan Presiden adalah agar rakyat
membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya adalah Harapan
Presiden.
b)
Membuat
urutan kata yang bertahap
Contoh :
Bukan seribu, sejuta, atau seratus,
tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan pada anak-anak terlantar.
Seharusnya :
Bukan seratus, seribu, atau sejuta,
tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan pada anak-anak terlantar.
c)
Melakukan
pengulangan kata ( repetisi )
Contoh :
Saya suka akan kecantikan mereka,
saya suka akan kelembutan mereka.
d)
Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh :
Anak itu tidak malas dan curang,
tetapi rajin dan jujur.
e)
Menggunakan
partikel penekanan ( penegasan )
Contoh :
Saudaralah yang harus
bertanggungjawab.[5]
4)
Kehematan
Yang dimaksud kehematan kalimat
efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan
terhadap kata yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan :
a)
Menghilangkan
pengulangan subjek.
Contoh :
1)
Karena
dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2)
Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengethui bahwa Presiden datang.
Perbaikan
kalimat di atas yaitu :
1)
Karena
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2)
Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.
b)
Menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
-
Kata
merah sudah mencakup kata warna.
-
Kata
pipit sudah mencakup kata burung.
Perhatikan :
-
Ia
memakai baju warna merah.
-
Di
mana engkau menangkap burung pipit itu ?
Kalimat itu
dapat diubah menjadi :
-
Ia
memakai baju merah.
-
Di
mana engkau menangkap pipit itu ?
c)
Menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat.
-
Kata
naik bersinonim dengan ke atas.
-
Kata
turun bersinonim dengan ke bawah.
-
Kata
hanya bersinonim dengan kata saja.
-
Kata
sejak bersinonim dengan kata dari.
Contoh :
1)
Dia
hanya membawa badannya saja. ( Salah )
Dia hanya membawa badannya. ( Benar )
2)
Sejak
dari pagi dia termenung. ( Salah )
Sejak pagi dia termenung. ( Benar )
d)
Tidak
menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya :
-
Para
tamu-tamu ( Salah )
Para tamu ( Benar )
-
Beberapa
orang-orang ( Salah )
Beberapa orang ( Benar )
-
Para
hadirin ( Salah )
Hadirin ( Benar )[6]
5)
Kecermatan
Cermat adalah bahwa kalimat itu
tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Pemakaian
bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera pendengar atau
pembaca. Perhatikan kalimat berikut :
1.
Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
Kalimat tersebut memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguruan tinggi.
2.
Dia
menerima uang saku sebanyak seratus dua puluh lima ribu rupiah
Kalimat di atas memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uangnya,
seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan
kalimat berikut ini :
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
Kalimat
ini salah pilihan katanya, karena ada dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan
dan menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi :
Yang
diceritakan adalah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.[7]
6)
Koherensi / Kepaduan yang Baik dan Kompak
Yang di maksud dengan koherensi atau kepaduan
yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara
unsur-unsur (kata atau kelompok kata )yang membentuk kalimat itu.bagaimana
hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta
keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.
Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah
tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan-gagasan tersebut. Ada bagian kalimat
yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh di pisahkan, ada
yang lebihg renggangkedudukannya sehingga boleh di tempatkan dimana saja, asal
jangan di sisipkan antara kata-kata atau kelompok kata yang erat hubungannya.
Kesalahan yang seringkali merusakan koherensi
adalah menempatkan kata depan, kata penghubung, atauketerangan aspek yang tidak
sesuai atau tidak pada tempatnya.
Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan
adanya segi isi, sedangkan dalam koherensi lebih ditekankan segi struktur, atau
interelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat, oleh
sebab itu, sebuah kalimat dapat mengandung sebuah kesatuan pikiran, namun
koherensinya tidak baik.
Perhatikan
beberapa pernyataan berikut ini:
(1)
Kalimat
yang padu adalah tidak bertele-tele danmencerminkan cara berpikiryang simetris.
oleh karena itu, kita hindari kal;imat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan secara tidak
sadar bertindak keluar dari kepribadian manuasia indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kalimat diatas yang benar dan efektif adalah:
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan.
(2)
Ada
dua macam kalimat pasif, yaitu kalimat pasif biasa dan kalimat pasif persona.
Kalimat pasif biasa terjadi apabila kalimat yang berpola S P O dialihkan dengan
memosisikan objek menjadi subjek dan predikat yang berawalan meng- menjadi
predikat berawalan di-. Kemudian, kalimatpasif persona terjadi apabila awalan
di-, pada predikat apsif di gantikandengan kata ganti pelaku. perhatikan contoh
di bawah ini:
Saya mencari udang (SPO
aktif )
Itu dicari oleh saya udang (pasif
biasa)
Udang iu saya cari (pasif
persona)
Surat itu sadah saya baca (pasif
persopna)
Saran beliau sangat saya harapkan
(pasif persona)
Jika
dalam kalimat aktif itu terdapat aspek atau modalitas, aspek atau modalitas itu
harus selalu berada di depan predikat. Kalimat berikut menjelaskan hgal iyu.
Meraka telah mendatangi DPR (aktif)
DPR telah didatangi oleh mereka (pasif biasa)
DPR telah mereka datangi (pasif persona)
Kalimat
yang padu mempergunakan pola aspek
+agen+verbal secara tertib dalam kalimat yang berpredikat pasif persona.
Kalimat
yang padu tidak perliu menyisipkan sebuah kata seperti: dari pada atau
tentang antara predikat, kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan
kalimat ini:
Mereka membicarakan daripada kehendak
rakyat. ( Salah )
Makalah ini akan tentang desain interior pada
rumah membahas rumah adat. ( Salah )
Seharusnya:
Mereka membicarakan kehendak rakyat. (
Salah )
Makalah ini akan membahas desain interior
pada rumah-rumah adat. ( Benar )[8]
7)
Penalaran atau Logika
Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan
tujuan dalam komunikasi, tetapi sekedar merupakan sesuatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau
maksud dengan sejelas-jelasnya. Disamping itu dalam kehidupan sehari-hari
mengalami kenyataan-kenyataan yang menunjukan bahwa ada anggota masyarakat yang
dapat mengungkapkan pendapat dan isi
pemikirannya, tanpa mempelajari secar khusus struktur gramatikal suatu bahasa.,
berarati ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa,
unsur lain ini adalah segi penalaran atau logika,. Jalan pikiran pembicara
turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikiran dapat di pahami.
Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah
suatu proses yang berpikir berusaha untuk menghubung-hubungkan
evidensi-evidensi menujukepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti
kalimat-kalimat yang di ucapkan harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi akal
yang sehat atau penalaran, tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan
perwujudan perpikir logis.
Perhatikan kalimat berikut, tiap bagian
kalimat (klausa) dapat dimengerti, namun penyatuannya menimbulkan hal yang
tidak bisa atau sulit dimengerti.
Ø Orang itu mengerjakan sawah ladangnya dengan sekuat tenaga karena
mahasiswa-mahasiswa indonesia harus menggarap suatu karya ilmiyah sebelum
dinyatakan lulus dari suatu perguruan tinggi.
Ø Dia mengatakan pada saya bahwa ia telah lulus, tetapi anjing itu
tidak mau mengikuti perintah pemburu itu.
Hubungan bahasa dan logika, bisa menjamin agar kalimat,-kalimat
tidak bertentangan denga segi penalaran pada umumnya. Kalimat yang baik,
efektif dan teratur mencerminkan pula berpikir seseorang. Ia harus menyusun ide
atau gagasan secara teratur, membedakan mana yang merupakan gagasan-gagasan
pokok dan mana yang merupakan gagasan-gagasan tambahan, abru kemudian dengan
alat bahasa yang dikuasainya, ia akan menampilkan isi pikirannya dengan
teratur.
Sering seseorang
beranggapan bahwa sebuah karangan akan di nilai sebagai karangan terbaik bila
disususn dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit. Ini adalah anggapan
yang keliru, kalimat-kalimat yang pendek kalau dipergunakan secara repat akan
lebih mengandung tenaga daripada kalimat yang panjang. Tetapi juga tidak benar
bila seluruh kalangan hanya di jaring oleh kalimat-kalimat yang pendek. Ini
membosankan, kita harus bergerak antara kedua ekstrim tadi bilaperlu kita harus
mempergunakan kalimat yang pendek. Tetapi tidak dapat dihindari maka kalimat
yang panjang harus dipakai dengan tetap memperhatikan alur, agar gagasab utama
tetap terpancang, serta hubungan antara bagian-bagian kalimat itu tersusun
dengan baik,. Variasi kalimat yang panjang dan pendek akan menghilangkan
menonton dari sebyuah karangan.
Pemakain kata sambung dan
kata depan yang tepat sebagai jaminan bagi koherensi dalam sebuah kalimat. Dan
justu inilah yangsering merupakan kelemahan-kelemahan yang tedapat pada kertas
kerja mahasiswa atau pelajar. Pola kesalahan seperti kalimat berikut sering di
jumpai, misalnya pada kalimat: pada karangan ini menguraikan bagaimana dasar
bahasa indonesia, atau bagi mereka yang
diterima agar menggambil formulit di sekretariat. Kalimat-kalimatini dengan mudah dapat
dikoreksi apabila atau pengarang memberikan perhatiannya secara tepat tentang
pemakaian kata sambung atau kata depannya. Mengapa ia tiadak menulis saja:
dalam karangan ini akan diuraikan dasar-dasar bahasa indonesia. Diberitahukan
kepada mereka yang diterima agar mengambil formulir disekretariat.
Penekanan yang digunakan
harus bervariasi. Variasi kalimat penting sekali, dan sekaligus memperlihatkan
kemampuan pemakaian bahasa. Gagasan utama kesatuan gagasan harus jelas
posisinya dalam setiap kalimat, dan perpaduan jalinan bagian-bagian kalimat
harus mematuhi kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku. Sebagai landasan
segala-galanya bahwa semua kalimat harus bisa diterima oleh pikiran yang sehat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah. Jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi :subjek (s), prediket (p),
objek (o), dan keterangan (k). Ciri-ciri kalimat efektif :kesepadaan,
kaparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan dan kelogisan.
DAFTAR PUSTAKA
Khumda,
Nasikha., 2015. Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku. Semarang: Pusat
Pengembangan Bahasa UIN Walisongo Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar